Sang Presiden Real Madrid, FLORENTINO PEREZ benar-benar cerdik. Dia tahu benar bagaimana menarik simpati fans Real Madrid. Dia juga sangat paham sisi psykologis bahwa suporter Real sangat merindukan gelar juara. Nah, menjelang terjun dalam pemilihan presiden Real, Perez mene bar janji-janji manis. Parade janji pun diumbarkobarkan. Salah satunya janji mempersembahkan trofi Liga Champions, supremasi klub terbaik di tanah biru Eropa.
Dalam mewujudkan janji tersebut, Perez mengulang strategi saat menjadi orang nomor satu di Real beberapa tahun lalu. Yakni, membeli pemain-pemain bintang muahal nan tenar. Dia ingin menjadikan Real sebagai klub ber tabur bintang (lagi). Dengan kekuatan uang, meski dari utang, Perez sangat percaya diri. Alhasil, Real pun sukses mendapatkan bintang-bintang anyar.
Cristiano Ronaldo dibeli dari Manchester United dengan banderol yang menjadikan pemain asal Por tugal itu sebagai pesepak bola paling mahal di muka bumi. Setelah Ronaldo, Kaka digaet dari klub Italia AC Milan. Real juga sukses memaksa Olympique Lyon melepas Karim Benzema. Lebih dari Rp 3 triliun dikeluarkan Perez untuk membentuk Los Galacticos jilid kedua.
Hasilnya? Real memang tampak perkasa di awal musim. Para bintang itu juga tampil menawan. Lebih penting lagi, Perez melengggang mulus menuju kursi presiden Real Madrid. Perfecto !
Tapi, perjalanan belum selesai. Real akhirnya tersingkir dari ketatnya persaingan di pentas Liga Cham pions. Tim bertabur bintang itu tak mampu melewati hadangan Lyon, klub Prancis yang pemain kuncinya telah dibajak Real. Melayang sudah kesempatan menjadi juara Liga Champions yang partai puncaknya bakal dihelat di kandang Real pada 22 Mei nanti. Perez bungkam. Janji tinggal janji.
***
Kondisi paralel di Kabupaten Bima NTB hari ini, empat pasang calon kandidat EA 1 dan EA 2 tengah giat menebar janji. Mereka adalah pasangan calon Bupati dan wakil bupati yang akan bertarung dalam pemilih an awal Juni nanti. Namanya janji, pasti yang baik-baik. Gratis inilah, gratis itu, menciptakan daerah yang maju, sejahtera, damai, disiplin aparatur, penegakan hukum, transparansi, religious, melanjutkan pembangunan yang telah ada, menaikkan gaji pegawai, dan seabrek janji lainnya.
Di kota-kota lain, janji para calon pemimpin ya seperti itu. Menjanjikan kemakmuran, kesejahteraan, ke sehatan, pendidikan, dan apalah namanya. Di balik keanekaragaman janji itu, tujuannya satu: menuai simpati pemilih. Tapi, simpati saja tak cukup. Yang paling diharapkan oleh para calon pemimpin itu adalah suara. Para calon itu berharap para pemilik suara datang ke TPS dan menjatuhkan pilihan kepada mereka.
Sekarang keputusan berada di tangan para pemilih. Mereka bebas memilih siapa saja. Tidak boleh ada yang memaksanya. Kalau suka si A, pilihlah dia. Ka lau kepincut dengan janji si B, jatuhkan pilihan ke pada dia. Kalau nggak suka si A dan si B, ya jangan dipilih. Pilihlah si C. Masih nggak suka juga. Masih ada si D dan E. Bahkan, kalau masih tidak sreg juga, tidak memilih pun bisa. Bukankah tidak memilih juga sebuah pilihan ?
Kalau banyak yang tidak memilih alias golput, Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang puyeng. Mereka khawatir dituding tidak sukses melakukan sosialisasi. Padahal, sesungguhnya hal itu bukan masalah. Maraknya golput sudah terjadi di mana-mana. Tak hanya di negeri kita tercinta ini. Bahkan, di negara yang mengaku sebagai embah-nya demokrasi.
Golput tidak akan menggugurkan kemenangan pasangan tertentu. Toh, mereka yang tidak memilih itu sudah tahu konsekuensi dari pilihannya. Kalau tidak memilih, ya jangan kecewa kalau yang menang ternyata tidak sesuai dengan harapan. Tidak memilih bukan berarti tidak setuju dengan pemilihan. Hanya, mungkin tidak ada pasangan yang cocok untuk dipilih.
Mumpung masih ada waktu, inilah kesempatan bagi para kandidat untuk terus meyakinkan pemilih. Tidak mudah memang. Harus bekerja ekstra. Apa lagi, pemilih sekarang pintar-pintar. Mereka juga tidak mudah dibohongi. Mereka pandai bermain peran. Ketika bertemu calon tertentu, mereka antusias dan menyatakan dukungan. Eh, ketika dikunjungi calon lain, mereka bersikap serupa. Karena itu, butuh perjuangan dari para kandidat untuk mendapatkan suara dari para pemilih.
Apa yang diinginkan warga Kabupaten Bima? Sebenarnya tidak jauh-jauh amat dari apa yang dijanjikan para calon pemimpin. Warga ingin daerah ini maju, aman, pendidikan diperhatikan, jalan-jalan mulus, pemimpin jujur, pelayanan publik yang transparan, pasar yang bersih, jalanan yang mulus, hasil pertanian laku, transportasi lancar, harga pupuk dan kebutuhan pertanian terjangkau, kesehatan terjamin, dan masih banyak lagi.
Jangan lupa, mereka juga berharap pemimpinnya amanah, bijak, santun, jujur, tidak korupsi, dekat dengan rakyat, dan bertanggung jawab. Menjadi pemimpin memang tidak mudah. Para kandidat pasti sudah memperhitungkannya. Benar kan?
Empat pasang kandidat telah terdaftar di KPU, ada FERSY (Ferry-Syafruddin) dinomor 1, Idaman (Suhaidin-Sukirman Aziz) nomor 2, di nomer 3 ada Zaman (Zainul-Usman), dan nomor 4 Najar (Najib-Arie). Harapanya, meski umbar janji maka niatnya juga tulus untuk segenap jiwa mendarmabaktikan diri 5 tahun mendatang pada kepentingan daerah dan rakyatnya.
Masih ada waktu untuk terus menebar janji. Karena belum terpilih, yang bisa dilakukan para kandidat itu memang hanya sebatas janji. Meski begitu, janji itu tidak bisa seenaknya. Harus realistis. Ketika Perez berjanji mendatangkan Ronaldo, banyak yang mencibir. Tapi, toh dia akhirnya bisa mewujudkannya. Masalah kemudian dia gagal mempersembahkan trofi Liga Champions, biarlah fans Real menilainya sendiri. Untuk warga Kabupaten Bima, selamat memilih!(fahrinotes)
WELCOME MY GUEST
Hellow.
Dari banyak kisah perjalanan kita, semestinya banyak yang bisa dipungut untuk menjadi catatan pinggir kehidupan. Saatnya untuk membagi kepada semua sahabat sebagai pelajaran hidup. Catatan Pinggir Jalan.....
Selasa, 20 April 2010
Berjanji Dulu, Berhasil Kemudian
Label:
Pilkada Bima
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih