WELCOME MY GUEST

Hellow. Dari banyak kisah perjalanan kita, semestinya banyak yang bisa dipungut untuk menjadi catatan pinggir kehidupan. Saatnya untuk membagi kepada semua sahabat sebagai pelajaran hidup. Catatan Pinggir Jalan.....

Selasa, 20 Juli 2010

SETELAH KAU KINI JADI ORANG LAIN*

Semua hati pasti pernah berjanji dengan ragam takarannya. Janji yang konon terikat oleh ruang dan waktu (space and time) adanya. Pada kehidupan, masa dan lingkungan lain yang sempat kita nikmati. Seloroh hati berjanji dengan rasa termanis pada saatnya. Janji yang pernah kita ikhtiarkan untuk ditepati. Tersaksikan oleh selaksa peristiwa yang berlalu dan melampau. Janji pada bilangan dekade masa lalu kehidupan kita. Janji yang tererosi oleh pergerakan waktu dan realitas kita ini.

Pada saatnya, indah dan melanglang jauh diujung pengharapan dan fantasi. Seakan dunia kita genggam hanya dengan sebelah tangan semata. Khayal dan ilusi begitu gampang dicipta untuk merealisasikan mimpi dan janji yang terucap sayup ditelinga kebersamaan. Begitu tipis rasanya batas antara kenyataan dan harapan yang mengharu riuh dan biru mewangi. Sebuah penjelasan panjang serasa belum cukup untuk menceritakan lembaran-lembaran kenangan dan keindahan. Catatan diary cukup lancar tertoreh menggenapi hari demi harinya. Prosesi keramat yang selalu membuat anak muda mengginggau panjang untuk mengakhirinya.

Inilah kisah lama yang dirakit dari kumpulan kebersamaan dan mimpi. Diantara bayang-bayang masa depan yang segera bergerak jauh. Sejauh realitas kekinian hari ini. Sebuah fase terindah bagi pengelana yang mengembara direrimbun kehidupan. Belantara mistery yang selalu terisi oleh riak alir sungai jernih dan telaga bening. Hanya suasana teduh dan rimbun pohon yang nyaman untuk disinggahi. Belum ada terik mentari yang bisa membakar kesejukan embun-embun fajar pagi. Negeri yang menjadi referensi dongeng-dongeng legenda ketentraman pengantar tidur kita. Kita terpisah dengan nyata dari cerita nestapa dan penderitaan hidup.

Pada suatu hari, dinegeri atas awan itu dengan saksi gumpalan mendung dan gerimis sore, terkuak rahasia langit biru akan kehidupan baru yang menggerahkan. Sang malam menyergap sigap meggapai tangan lembut menganjak pergi jauh. Dibalik gelapnya, tersua latar buram kisah keabdian hari. Dan sang mimpi harus dibuyarkan untuk menjemput kenyataan sesungguhnya. Siang terik kembali terisi fatamorgana yang silau. Akhirnya, kita harus pasrah untuk berdamai dengan panas sinar matahari yang penuh kesumpekan. Keringat dan gerah menjadi hadiah besar dalam jalan yang setapak. Dunia ikut berubah sempit dan mengkerut menghimpit harapan dan janji-janji hati yang terkuras dulu.

Pada terik siang hari itu, dikeramaian komunitas yang sibuk, akhirnya genggam tangan terakhir menjadi sinyal kuat untuk sebuah symbol bahwa mimpi harus terurai dan mencair. Suhu siang ikut berkontribusi mempercepat akselarasi prosesnya. Dia pergi dengan seikat luka tergores kenyataan yang menghadap. Dia bergeming dengan kata selamat tinggal. Seuntai tanda ikut terbawa dibayang langit. Dia pergi untuk tak kembali lagi.

Kau kini telah menjadi orang lain, yang hanya bisa tertatap dikejauhan. Kau kini telah menjadi orang lain, untuk mengabdi pada tangkai yang lain. Bersemi bersama musim gugur untuk meneguk dahaga yang mendera. Kau, benar-benar telah menjadi orang lain. Tampa tersadari dan itu pasti. Selamat jalan wahai tangkai yang lemah……???

Nb : Disadur dari sebuah realitas sahabat malam.

(fahrinotes, 20/07/2010)


Read More......

Jumat, 02 Juli 2010

ALEXANDRIA MESIR: EKSOKTIKA DAN SEJARAH

ALEXANDRIA benar-benar sangat indah. Kota pantai terpanjang di Mesir itu juga menyimpan sejarah yang bernilai sangat tinggi. Sosoknya terpampang jelas sampai kini. Itulah kawasan paling utara Mesir yang menjadi saksi sejarah masuknya peradaban Islam dan Romawi ribuan tahun silam.

Pantainya menghadap ke Laut Mediterania yang benar-benar memesona. Pasirnya putih kekuningan, khas padang pasir Timur Tengah, berbaur dengan bebatuan yang menonjol di sana-sini. Saya sempat menyusuri pantai itu dengan berkendara mobil dan mengukur jauhnya. Ternyata panjang sekali, sekitar 25 kilometer. Benar-benar pantai yang sangat eksotik.

Di ujung paling barat terdapat Benteng Qait Bey, sultan Dinasti Mamluk yang berkuasa di Mesir dan Syria 1468-1496 M, dan di ujung paling timur ada Taman Muntazah seluas 155 hektare, tempat istana Raja Farouq. Raja Farouq adalah keturunan terakhir Dinasti Muhammad Ali yang menjadi penguasa Mesir sejak abad ke-19. Raja Farouq digulingkan lewat kudeta militer oleh Gamal Abdul Nasser yang kemudian menggantikannya, sekaligus mengubah sistem kerajaan menjadi sistem republik sejak 1953.

Kudeta militer itu dilakukan karena Raja Farouq dikenal sebagai raja yang suka berfoya-foya dalam kemewahan dan dianggap menghabiskan kekayaan negara untuk berbagai aktivitas pribadinya. Karena itu, dia pun diasingkan ke Monako sampai meninggal. Karena kebiasaan makannya yang buruk, tubuhnya sangat gemuk dengan bobot 140 kg. Dia meninggal di atas meja makan, saat jamuan makan di Roma, Italia, pada usia 45 tahun.

Asetnya yang sangat banyak dilelang negara setelah dia meninggal. Istananya yang di Alexandria pun dialihkan menjadi milik negara. Kini istana Raja Farouq digunakan sebagai tempat menerima tamu-tamu kenegaraan Mesir. Arsitek bangunannya sangat menawan dan posisinya strategis. Dari sini kita bisa melihat hamparan Laut Mediterania yang memesona. Apalagi di sana terdapat jembatan peninggalan Raja Farouq, yang khusus dibangun sebagai tempat untuk menikmati kawasan indah itu, lengkap dengan taman dan gazebonya.

Benteng Qait Bey adalah bangunan pertahanan yang didirikan Sultan Qait Bey untuk menghadang gempuran pasukan Turki, Dinasti Usmani. Bangunannya persis di pinggir laut, di bagian daratan yang menjorok. Berada di bagian paling atas, saya menyaksikan air laut yang langsung menghampar luas. Benteng itu memang sangat strategis untuk menghadang pasukan yang datang dari bagian utara lewat laut.

Di dalamnya terdapat ruang-ruang perlindungan yang berlubang-lubang untuk menyorongkan senjata laras panjang ataupun meriam, menembaki musuh yang datang ketika mereka sudah berada dalam jarak jangkau tembakan. Itu sangat khas peperangan abad pertengahan. Tentu benteng tersebut sekarang sudah tidak berguna lagi karena bisa diserang dengan menggunakan pesawat terbang dengan bom-bom yang dijatuhkan dari atasnya. Atau, lebih gawat lagi dengan menggunakan peluru balistik yang memiliki daya jangkau ratusan sampai ribuan kilometer. Karena itu, benteng tersebut menjadi kenangan masa lalu, dan kini menjadi museum yang menyimpan sejarah.

Objek menarik yang lain adalah perpustakaan Alexandria, tidak jauh dari Benteng Qait Bey. Itulah perpustakaan terbesar dan tertua di dunia, yang menyimpan jutaan buku dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Mulai zaman sebelum Masehi sampai zaman modern kini.

Cikal bakalnya dirintis pada 323 SM, ketika kawasan tersebut dikuasai Alexander The Great dari Imperium Romawi. Dia kita kenal sebagai Iskandar Zulkarnaen. Karena itu, oleh masyarakat Mesir, kawasan tersebut disebut dengan dua nama, Alexandria atau Iskandariyah. Itulah ibu kota Mesir pada zaman itu. Sekitar seribu tahun Mesir berpusat di sana dan baru dipindahkan ke Kairo oleh Amru bin Ash ketika Islam masuk ke Mesir pada 621 M.

Iskandar Zulkarnaen-lah yang mula-mula membangun kota tersebut dengan mendatangkan sejumlah arsitek dari Yunani. Karena itu, selera Romawi kawasan tersebut sangat terasa dan masih tampak pada berbagai bangunan peninggalannya. Termasuk gedung teater tempat adu gladiator yang sempat saya kunjungi. Gedung itu merupakan tiruan Gedung Colloseum di Italia yang berbentuk setengah lingkaran dan kini sudah ambruk.

Iskandar Zulkarnaen memiliki panglima perang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, yaitu Ptolemi 1. Pada zaman Ptolemi 1 itulah, perpustakaan yang sangat besar mulai dibangun. Sampai pada era Ptolemi 3, jumlah buku dan manuskrip koleksinya sudah mencapai sekitar 700.000. Sayang, perpustakan tersebut dihancurkan Yulius Caesar saat dia menyerang Mesir pada 38 SM. Tak kurang dari 400.000 buku ludes dilalap api. Yulius Caesar akhirnya meminta maaf dan menggantinya dengan menyumbang 200.000 buku kepada Ratu Mesir Cleopatra, yang kemudian menjadi kekasihnya.

Perpustakaan yang sangat bersejarah itu lantas dibangun kembali pada 1990 atas bantuan UNESCO. Pembangunan tersebut baru selesai pada 2002 dan menjadi perpustakaan modern terbesar di dunia dengan biaya sekitar USD 220 juta. Dilengkapi 500 komputer yang bisa mengakses semua buku secara digital, perpustakaan itu bisa menyimpan tak kurang dari 8 juta buku dari berbagai disiplin ilmu. Daya tampung ruangannya sekitar 1.700 orang serta difasilitasi ruang-ruang seminar dan pusat penelitian.

Di sini tersimpan buku-buku berbagai bahasa, sejak zaman Yunani, Mesir Kuno, keemasan Islam, sampai zaman modern. Juga terdapat kitab Hindu dan Buddha. Dari perpustakaan itu pula, lahir nama-nama besar ilmuwan abad ketiga SM seperti Archimedes yang ahli matematika, Aristarchis yang secara spekulatif menyodorkan teori astronomi bumi mengelilingi matahari, serta Euclides sang penemu ilmu geometri, matematika, dan arsitektur.

Sumber : agusmustofa_63@yahoo.com) Jawa Pos 2 Juli 2010

Read More......

My Friend Follow Me

Label

Musisi Cilik

Musisi Cilik
Hidup Seperti Musik Bukan Aturan

AL QUR'AN SPYRITE :

MAKA NIKMAT TUHAN KAMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN ? (QS. Arrahman:31) (diulang sebanyak 31 kali).
Template by KangNoval & Abdul Munir | blog Blogger Templates